Selasa, 07 Juli 2015

AJI PRAYOGA
1A113702
4KA28

            TUGAS 3 ETIKA DAN PROFESIONALISME TSI

1.      Apa yang dimaksud dengan IT Forensik dan apa kegunaan dari IT forensik tersebut?
jawaban :
Definisi dari IT Forensik yaitu suatu ilmu yang berhubungan dengan pengumpulan fakta dan bukti pelanggaran keamanan sistem informasi serta validasinya menurut metode yang digunakan (misalnya metode sebab-akibat). Fakta-fakta tersebut setelah diverifikasi akan menjadi bukti-bukti yang akan digunakan dalam proses selanjutnya.Selain itu juga diperlukan keahlian dalam bidang IT ( termasuk diantaranya hacking) dan alat bantu (tools) baik hardwaremaupun software untuk membuktikan pelanggaran-pelanggaran yang terjadi dalam bidang teknologi sistem informasi tersebut. Tujuan dari IT forensik itu sendiri adalah untuk mengamankan dan menganalisa bukti-bukti digital.
Menurut Noblett, yaitu berperan untuk mengambil, menjaga, mengembalikan, dan menyajikan data yang telah diproses secara elektronik dan disimpan di media komputer.
Menurut Judd Robin, yaitu penerapan secara sederhana dari penyidikan komputer dan teknik analisisnya untuk menentukan bukti-bukti hukum yang mungkin.
Tujuan IT forensik:
1. Untuk membantu memulihkan, menganalisa, dan mempresentasikan materi/entitas berbasis digital atau elektronik sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan sebagai alat buti yang sah di pengadilan
2. Untuk mendukung proses identifikasi alat bukti dalam waktu yang relatif cepat, agar dapat diperhitungkan perkiraan potensi dampak yang ditimbulkan akibat perilaku jahat yang dilakukan oleh kriminal terhadap korbannya, sekaligus mengungkapkan alasan dan motivitasi tindakan tersebut sambil mencari pihak-pihak terkait yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dengan perbuatan tidak menyenangkan dimaksud.

2.      Jelaskan contoh kasus yang berkaitan dengan bidang apa saja yang dapat dibuktikan dengan IT Forensik!
jawaban :
Contoh kasus ini terjadi pada awal kemunculan IT Forensik. Kasus ini berhubungan dengan artis Alda, yang dibunuh di sebuah hotel di Jakarta Timur. Ruby Alamsyah menganalisa video CCTV yang terekam di sebuah server. Server itu memiliki hard disc. Ruby memeriksanya untuk mengetahui siapa yang datang dan ke luar hotel. Sayangnya, saat itu awareness terhadap digital forensik dapat dikatakan belum ada sama sekali. Jadi pada hari kedua setelah kejadian pembunuhan, Ruby ditelepon untuk diminta bantuan menangani digital forensik. Sayangnya, kepolisian tidak mempersiapkan barang bukti yang asli dengan baik. Barang bukti itu seharusnya dikarantina sejak awal, dapat diserahkan kepada Ruby bisa kapan saja asalkan sudah dikarantina. Dua minggu setelah peristiwa alat tersebut diserahkan kepada Ruby, tapi saat ia periksa alat tersebut ternyata sejak hari kedua kejadian sampai ia terima masih berjalan merekam. Akhirnya tertimpalah data yang penting karena CCTV di masing-masing tempat/hotel berbeda settingnya. Akibat tidak aware, barang bukti pertama tertimpa sehingga tidak berhasil diambil datanya.

3.      Hal-hal apa saja yang mendukung penggunaan IT Forensik. Jelaskan !
jawaban :
Bidang yang mendukung penggunaan IT Forensik dapat dicontohkan seperti pada kepolisisan dibidang penyidikan perkara, kedokteran dalam melakukan penelitian dan visum,bidang hukum dalam pencarian alat bukti dan materi dalam persidangan. Adapun orang-orang yang berhubungan dengan penggunaan IT Forensik seperti :
a.       Petugas Keamanan ( Officer as First Responder)
Memiliki kewenangan tugas antara lain : mengidentifikasi peristiwa, mengamankan bukti, pemeliharaan bukti yang temporer dan rawan kerusakan
b.      Penelaah Bukti (Investigator)
Sosok yang paling berwenang dan memiliki kewenangan tugas antara lain : menetapkan instruksi-instruksi, melakukan pengusutan peristiwa kejahatan, pemeliharaan integritas bukti.
c.       Teknisi khusus

memiliki kewenangan tugas antara lain : memlihara bukti yang rentan kerusakan dan menyalin storage bukti, mematikan sistem yang sedang berjalan, membungkus bukti-bukti, mengangkut bukti dan memproses bukti. IT Forensik digunakan saat mengidentifikasi tersangka pelaku tindak kriminal untuk penyelidik, kepolisian dan kejaksaan.

Rabu, 27 Mei 2015

MENGENAL SALAH SATU PIONIR INDUSTRI FARMASI DI INDONESIA

MENGENAL SALAH SATU PIONIR INDUSTRI FARMASI DI INDONESIA




SEJARAH SINGKAT KALBE FARMA

Sejarah Kalbe Farma diawali dari garasi pendiri perseroan tahun 1966 sebagai perusahaan produk farmasi dengan prinsip-prinsip dasar : inovasi, merk yang kuat dan manajemen prima.
Dengan dukungan lebih dari 17.000 karyawan, termasuk 6.000 tenaga penjualan dan pemasaran, kegiatan usaha perseroann mencakup seluruh wilayah kepulauan Indonesia dan keberadaan di pasar internasional yang terus berkembang.
Di Indonesia, Kalbe mampu menjangkau 70% dokter umum, 90% dokter spesialis, 100% rumah sakit, 100% apotek untuk pasar obat-obat resep serta 80% untuk pasar produk kesehatan dan nutrisi. Kalbe Farma juga merupakan perusahaan yang dapat bersaing di pasar ekspor

MANAJEMEN DAN STRUKTUR ORGANISASI KALBE FARMA

Kalbe berkomitmen melaksanakan tata kelola perusahaan sesuai kaidah Good Corporeate Governance (GCG) yang merupakan landasan pengelolaan perusahaan dan bagian dari budaya grup kalbe dalam upaya meningkatkan kinerja dan sebagai bentuk perwujudan tanggung jawab kepada publik.

Pengelolaan Perseroan dilakukan oleh Direksi, sementara Dewan Komisaris melakukan pengawan yang memadai terhadap kinerja pengelolaan perusahaan. Namun demikian, keduanya mempunyai tanggung jawab memilihara kesinambungan usaha perseroan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, Dewan Komisaris dan Direksi memiliki kesamaan persepsi terhadap visi, misi dan nilai-nilai perseroan.

Untuk membantu pelaksaan tugasnya, Dewan Komisaris dibantu oleh 5 komite yang dibentuk untuk membantu pelaksanaan tugas Direksi agar lebih efektif dan efisien.

Berikut adalah susunan organisasi yang ada di dalam Kalbe Farma 




DIREKSI 
adalah organ perusahaan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan perusahaan untuk kepentingan dan tujuan perusahaan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.
Presiden Direktur : Bernadette Ruth Irawati Setiady

DEWAN KOMISARIS
merupakan organ perusahaan yang bertugas dan bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi.
Presiden Komisaris : Johannes Setijono

KOMITE NOMINASI
bertugas dalam membantu Dewan Komisaris untuk menentukan kebijakan Nominasi bagi dewan komisaris dan direksi
Ketua : Johannes Setihono

KETUA RENUMERASI
bertugas dalam membantu Dewan Komisaris untuk menentukan kebijakan renumerasi bagi Dewan Komisaris dan Direksi
Ketua : Johannes Setijono

KOMITE AUDIT
mendorong diterapkannya GCG, terbentuknya struktur pengendalian internal yang memadai, meningkatkan kualitas keterbukaan dan pelaporan keuangan
Ketua : Lucky Surjadi Slamet

KOMITE RESIKO USAHA
bertanggung jawab dalam memantau kebijakan serta pengelolaan resiko serta tindakan mitigasi yang diambil oleh perseroan
Ketua : Johannes Setijono

KOMITE GCG
bertanggung jawab atas peningkatan dan penyempurnaan praktik GCG sehubungan dengan tugas dan fungsi pengawasan Dewan Komisaris
Ketua : Vidjongtius


Dapat dilihat dari struktur organisasi perusahaan Kalbe Farma yang menganut sistem Departementalisasi Fungsional yang berarti proses penentuan cara bagaimana kegiatan dikelompokkan, seperti divisi untuk Consumer Health , Divisi khusus bagian mata seperti Eye Care dan adapula Divisi untuk mengurus Distribution and Logistics.

Kalbe Farma menganut Model Desain Mekanistis yang berarti kewenangan terpusat pada pimpinan Dewan Komisaris yang dibantu oleh beberapa Komite dan Direksi. Lalu Kalbe juga memilikisi standar spesialisasi kerja yang tinggi karena untuk produk kesehatan, kemampuan tenaga kerja mempengaruhi hasil produk perusahaan yang secara tidak langsung akan mempengaruhi pamor perusahaan.

REFERENSI










DR.BOEN , BERAWAL DARI GARASI HINGGA SUKSES DI DUNIA FARMASI

DR.BOEN , "BERAWAL DARI GARASI HINGGA SUKSES DI DUNIA FARMASI"




Pendiri dan Komisaris Utama PT Kalbe Farma Tbk, Boenjamin Setiawan yang akrab dipanggil Dr. Boen dedikasinya bagi kemajuan industri farmasi nasional tak diragukan lagi. Tak salah bila Warta Ekonomi menobatkannya sebagai salah seorang Tokoh Bisnis Paling Berpengaruh 2005.

Bicara tentang industri farmasi nasional, sulit melupakan Boenjamin Setiawan. Kecintaannya terhadap dunia farmasi mengantarnya sebagai salah satu tokoh industrialisasi farmasi modern nasional. Pria yang akrab disapa Dr. Boen ini tak lain adalah pendiri sekaligus pemilik PT Kalbe Farma Tbk., sebuah grup farmasi besar yang terintegrasi. Perusahaan farmasi lokal ini ditaksir memiliki aset di atas Rp5 triliun. Lengan bisnis grup ini meliputi obat-obatan, makanan kesehatan, bisnis pengepakan, distribusi, pergudangan, dan sarana riset modern.

Pria kelahiran Tegal, 23 September 1933 ini memiliki latar belakang akademis, khususnya di bidang farmakologi dan farmakinetik. Sebelum sepenuhnya menerjuni bisnis, peraih gelar dokter dari Universitas Indonesia dan Ph.D. bidang farmakologi dari University of California, AS, ini sempat beberapa tahun menjadi dosen. Sepulang dari sekolah di AS, ia banting setir, mencoba peruntungan dengan menggeluti bisnis farmasi. Tepatnya, pada 1966, cikal bakal Grup Kalbe resmi berdiri.

Membangun Kalbe Farma yang saat ini sudah begitu besar diakuinya tidak mudah, namun semuanya berjalan mengalir begitu saja meski pada awalnya berjalan banyak dengan trial and error. Ia mengaku sudah berapa kali gagal untuk membangun industri farmasi sepulangnya ia dari kuliah di AS dengan beasiswa. Mulai dari meniru produk Cap Elang menjadi Cap Beo, Obat Kina dan lain-lain semuanya gagal.

"Itu perusahaan bekas garasi. Kalau mau memulai usaha dari garasi, ini dialami oleh pengusaha dunia lainnya, kenyataannya berhasil," jelasnya di acara seminar Bisnis Keluarga di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Kamis (11/11/2010).

Bisnis pertama Kalbe Farma, menurutnya diawali dengan membuat produk obat cacing. Dari keuntungan bisnis itu, ia putar lagi menjadi investasi dan seterusnya hingga besar seperti sekarang ini.

Keberhasilan Grup Kalbe memang tak luput dari kepemimpinan pria kalem ini. Sebagai ahli farmasi, Dr. Boen paham betul bagaimana perkembangan farmasi global. Ia terjun langsung mengembangkan jenis obat-obatan maupun makanan kesehatan Kalbe. Lompatan sukses Grup Kalbe terutama ditopang oleh kejeliannya membaca ceruk pasar dengan memproduksi dan memasarkan obat generik.

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang berani , berani dalam arti mengembangkan bisnisnya dan yang terpenting adalah bersih , tidak kolusi

Kembangkan riset

Di luar itu, Kalbe juga melakukan sejumlah langkah strategis. Mereka mendirikan PT Innogene Kabiotect Pte. Ltd., sebuah perusahaan riset dan pengembangan. Kalbe juga menjalin kerja sama strategis dengan Morinaga untuk mendirikan pabrik susu dengan investasi sekitar Rp500 miliar. Dengan sejumlah terobosan inilah maka pantas jika Dr. Boen menjadi tokoh bisnis tahun ini.

Yang membuat sosok yang akrab disapa dr. Boen itu menjadi istimewa adalah keputusannya mau bersusah-payah membangun bisnis sendiri dari nol. Padahal, dengan ijazah yang digenggamnya, apalagi di zaman awal 1960-an, dia jelas sangat leluasa memilih pekerjaan yang terpandang di masyarakat sekaligus mendatangkan banyak uang. Nyatanya, ia malah memilih mendirikan pabrik obat kecil yang tak diperhitungkan orang.

Tidak kolusi

Akan tetapi, setelah melewati proses jatuh-bangun yang menyakitkan, lewat Kalbe Farma yang cikal bakalnya didirikan tahun 1966, Boen yang berlatar belakang farmakolog dan sangat peduli perkembangan industri farmasi global akhirnya berhasil mengembangkan dan memasarkan jenis obat-obatan bermutu, meskipun hampir semua produknya masih me too. Reputasi Kalbe terkerek berkat strategi penetapan harga produk-produk obat etikal bermerek yang dipatok lumayan tinggi tapi tidak kelewatan, sehingga Kalbe tidak terlihat serakah di mata masyarakat. Bahkan, tidak sedikit orang yang melihat hal ini sebagai niat baik Kalbe untuk tidak terlalu berkolusi dengan para dokter sebagai otoritas yang sangat menentukan preferensi pembelian obat oleh masyarakat sebagai konsumen akhir.

Dari sekian banyak faktor sukses itu, salah satu ciri menonjol yang mengantarkan Kalbe berhasil menjadi nomor satu di pentas bisnis farmasi nasional seperti sekarang adalah sosok Boen sendiri. Sedari awal, Boen selalu menandaskan bahwa  perusahaan farmasi harus didukung riset yang kuat. Dan ia tidak berhenti pada kata-kata, melainkan langsung mewujudkannya dengan memperkuat divisi riset dan pengembangan -- hal yang tidak mungkin dilakukan perusahaan Indonesia di era 1960-an.

Ciri menonjol lainnya, sejak dini (awal 1970-an) Boen juga menyadari bahwa jika ingin bergerak lincah dan sehat, perusahaan harus dijalankan para profesional yang andal. Andal dalam pengertian Boen adalah bahwa profesional tersebut bukan semata-mata encer otaknya, melainkan juga harus dipadu dengan sikap dan perilaku yang baik. Dalam bahasa Boen, mereka harus the brightest dan the best. Untuk mendapatkan kandidat seperti ini, Kalbe menjalin kerja sama dengan LPPM sebagai konsultan manajemennya. Kesadaran seperti ini, lagi-lagi, masih langka bagi generasi pebisnis seangkatan Boen.

KESIMPULAN

Dilihat dari gaya kepemimpinannya, Dr.Boen adalah seorang pemimpin yang lengkap, beliau memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang membuat perusahaan miliknya yang berawal dari garasi hingga menjadi sekarang ini. Beliau tidak mudah menyerah walaupun seringkali mengalami kegagalan pada saat menjalankan bisnisnya. Sifat pantang menyerah itulah yang membuat kalbe farma menjadi salah satu perusahaan farmasi terbaik di Indonesia.

REFERENSI

http://id.kalbe.co.id/News/PressRelease/tabid/411/ID/2099/Bisnis-Keluarga-Banyak-Kisah-Sukses-Bermula-dari-Garasi-Mobil.aspx

http://www.klikdokter.com/healthtalks/dr-boenjamin-setiawan-phd

http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/285-ensiklopedi/929-pendiri-pt-kalbe-farma-tbk


Jumat, 08 Mei 2015

TUGAS 2 ILMU BUDAYA DASAR

WALISONGO DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEBUDAYAAN NUSANTARA

Sebelum Islam masuk ke bumi Nusantara, sudah terdapat banyak suku bangsa, organisasi pemerintahan, struktur ekonomi, sosial dan budaya di Nusantara yang berkembang. Semua itu tidak terlepas dari pengaruh sebelumnya, yaitu kebudayaan nenek moyang (animisme dan dinamisme), dan Hindu Budha yang berkembang lebih dulu daripada Islam.

Seperti halnya kondisi masyarakat daerah pesisir pada waktu itu, bisa dikatakan lebih maju daripada daerah lainnya. Terutama pesisir daerah pelabuhan. Alasannya karena daerah pesisir ini digunakan sebagai pelabuhan dan pusat perdagangan. Penduduk pesisir tekena percampuran budaya (akulturasi) dengan pedagang asing yang singgah. Secara tidak langsung, dalam perdagangan yang dilakukan antara keduanya, mereka menjadi mengerti kebudayaan pedagang asing. Pedagang asing ini seperti pedagang dari Arab, Persia, China, India dan Eropa.

Berbeda dengan daerah pedalaman yang lebih tertutup (konservatif) dari budaya luar. Sehingga mereka lebih condong pada kebudayaan nenek moyang mereka dan sulit menerima kebudayaan dari luar. Awalnya Islam masuk dari pesisir kemudian menuju daerah pedalaman. Masuknya Islam masih sudah terdapat kerajaan-kerajaan bercorak Hindu Budha yang masih eksis, diantaranya adalah kerajaan Majapahit dan kerajaan Sriwijaya. Selain itu terdapat kerajaan-kerajaan kecil yang tidak tersentuh oleh pengaruh Hindu dari India. Kerajaan-kerajaan di Sulawesi misalnya Gowa, Wajo, Bone dan lainnya. Kerajaan-kerajaan di Sulawesi tidak menunjukkan adanya pengaruh Hindu. Contohnya dalam penguburan pada masyarakat Gowa masih berdasarkan tradisi nenek moyang, yaitu dilengkapi dengan bekal kubur.

Hindu Budha lebih dulu masuk di Nusantara daripada Islam. Islam masuk ke Nusantara bisa dengan mudah dan lebih mudah diterima masyarakat pada waktu itu dengan berbagai alasan. Pertama, situasi politik dan ekonomi kerajaan Hindu, Sriwijaya dan Majapahit yang mengalami kemunduran. Hal ini juga disebabkan karena perluasan China di Asia Tenggara, termasuk Nusantara.

Walisongo mempunyai peranan yang sangat besar dalam perkembangan Islam di Indonesia. Bahkan mereka adalah perintis utama dalam bidang dakwah Islam di Indonesia, sekaligus pelopor penyiaran Islam di nusantara. 

‘Wali’ adalah singkatan dari bahasa Arab, Waliyullah yang berarti ‘orang yang mencintai dan dicintai Allah’ dan Songo berasal dari bahasa Jawa yang berarti ‘sembilan’, sehingga Wali songo merujuk pada wali sembilan yaitu Sembilan orang yang mencintai dan dicintai Allah.
Mereka diberi gelar seperti itu karena mereka dianggap penyiar-penyiar agama Islam dan yang terpenting adalah karena kesungguhan mereka dalam mengajarkan dan menyebarkan Islam. Disamping itu, Para Walisongo adalah intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Pengaruh mereka terasakan dalam beragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat Jawa, mulai dari kesehatan, bercocok-tanam, perniagaan, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan, hingga kepemerintahan. 

Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat. 

Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi HinduBudha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain. 

Dari nama para Walisongo tersebut, pada umumnya terdapat sembilan nama yang dikenal sebagai anggota Walisongo yang paling terkenal, yaitu: 

1. Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim 

2. Sunan Ampel atau Raden Rahmat 

3. Sunan Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim 

4. Sunan Drajat atau Raden Qasim 

5. Sunan Kudus atau Ja'far Shadiq 

6. Sunan Giri atau Raden Paku atau Ainul Yaqin 

7. Sunan Kalijaga atau Raden Said 

8. Sunan Muria atau Raden Umar Said 

9. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah 

Berikut ini adalah ulasan singkat mengenai peranan masing-masing sunan Wali Songo : 

1. SUNAN GRESIK atau Maulana Malik Ibrahim 

Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad. Ia disebut juga Sunan Gresik, atau Sunan Tandhes, atau Mursyid Akbar Thariqat Wali Songo . Ia diperkirakan lahir di Samarkand di Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah orang Jawa terhadap As-Samarqandy. Dalam cerita rakyat, ada yang memanggilnya Kakek Bantal. Maulana Malik Ibrahim memiliki, 3 isteri dan 2 anak. 

Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Pada tahun 1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur. 

2. SUNAN AMPEL atau Raden Rahmat 

Sunan Ampel adalah Anak Maulana Malik Ibrahim yang tertua. Menurut Babad Tanah Jawi dan Silsilah Sunan Kudus, di masa kecilnya ia dikenal dengan namaRaden Rahmat. Ia lahir di Campa pada 1401 Masehi. Nama Ampel sendiri, diidentikkan dengan nama tempat dimana ia lama bermukim. Di daerah Ampel atau Ampel Denta, wilayah yang kini menjadi bagian dari Surabaya (kota Wonokromo sekarang). 

Beberapa versi menyatakan bahwa Sunan Ampel masuk ke pulau Jawa pada tahun 1443 M bersama Sayid Ali Murtadho, sang adik. Tahun 1440, sebelum ke Jawa, mereka singgah dulu di Palembang. Setelah tiga tahun di Palembang, kemudian ia melabuh ke daerah Gresik. Dilanjutkan pergi ke Majapahit menemui bibinya, seorang putri dari Campa, bernama Dwarawati, yang dipersunting salah seorang raja Majapahit beragama Hindu bergelar Prabu Sri Kertawijaya. 

Sunan Ampel menikah dengan putri seorang adipati di Tuban. Dari perkawinannya itu ia dikaruniai beberapa putera dan puteri. Diantaranya yang menjadi penerusnya adalah Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Ketika Kesultanan Demak (25 kilometer arah selatan kota Kudus) hendak didirikan, Sunan Ampel turut membidani lahirnya kerajaan Islam pertama di Jawa itu. Ia pula yang menunjuk muridnya Raden Patah, putra dari Prabu Brawijaya V raja Majapahit, untuk menjadi Sultan Demak tahun 1475 M. 

Di Ampel Denta yang berawa-rawa, daerah yang dihadiahkan Raja Majapahit, ia membangun mengembangkan pondok pesantren. Mula-mula ia merangkul masyarakat sekitarnya. Pada pertengahan Abad 15, pesantren tersebut menjadi sentra pendidikan yang sangat berpengaruh di wilayah Nusantara bahkan mancanegara. Di antara para santrinya adalah Sunan Giri dan Raden Patah. Para santri tersebut kemudian disebarnya untuk berdakwah ke berbagai pelosok Jawa dan Madura. 

Sunan Ampel menganut fikih mahzab Hanafi. Namun, pada para santrinya, ia hanya memberikan pengajaran sederhana yang menekankan pada penanaman akidah dan ibadah. Dia-lah yang mengenalkan istilah “Mo Limo” (moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh madon). Yakni seruan untuk “tidak berjudi, tidak minum minuman keras, tidak mencuri,
tidak menggunakan narkotik, dan tidak berzina.” 

Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 M di Demak dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya. 

3. SUNAN BONANG atau Raden Makhdum Ibrahim 

Sunan Bonang di perkirakan lahir tahun 1465 M dari seorang perempuan bernama Nyi Ageng Manila, puteri seorang adipati di Tuban. Sunan Bonang adalah Anak Sunan Ampel, yang berarti juga cucu Maulana Malik Ibrahim. Pada masa kecilnya, Sunan Bonang memiliki nama Raden Makdum Ibrahim. 

Sunan Bonang belajar agama dari pesantren ayahnya di Ampel Denta. Setelah cukup dewasa, ia berkelana untuk berdakwah di berbagai pelosok Pulau Jawa. Mula-mula ia berdakwah di Kediri, yang mayoritas masyarakatnya beragama Hindu. Di sana ia mendirikan Masjid Sangkal Daha. 

Ia kemudian menetap di Bonang – desa kecil di Lasem, Jawa Tengah -sekitar 15 kilometer timur kota Rembang. Di desa itu ia membangun tempat pesujudan/zawiyah sekaligus pesantren yang kini dikenal dengan nama Watu Layar. Ia kemudian dikenal pula sebagai imam resmi pertama Kesultanan Demak, dan bahkan sempat menjadi panglima tertinggi. Meskipun demikian, Sunan Bonang tak pernah menghentikan kebiasaannya untuk berkelana ke daerah-daerah yang sangat sulit. 

Ia acap berkunjung ke daerah-daerah terpencil di Tuban, Pati, Madura maupun Pulau Bawean. Di Pulau inilah, pada 1525 M ia meninggal. Jenazahnya dimakamkan di Tuban, di sebelah barat Masjid Agung, setelah sempat diperebutkan oleh masyarakat Bawean dan Tuban. 

Tak seperti Sunan Giri yang lugas dalam fikih, ajaran Sunan Bonang memadukan ajaran ahlussunnah bergaya tasawuf dan garis salaf ortodoks. Ia menguasai ilmu fikih, usuludin, tasawuf, seni, sastra dan arsitektur. Masyarakat juga mengenal Sunan Bonang sebagai seorang yang piawai mencari sumber air di tempat-tempat gersang. 

Ajaran Sunan Bonang berintikan pada filsafat ‘cinta’(‘isyq). Sangat mirip dengan kecenderungan Jalalludin Rumi. Menurut Bonang, cinta sama dengan iman, pengetahuan intuitif (makrifat) dan kepatuhan kepada Allah SWT atau haq al yaqqin. Ajaran tersebut disampaikannya secara populer melalui media kesenian yang disukai masyarakat. Dalam hal ini, Sunan Bonang bahu-membahu dengan murid utamanya, Sunan Kalijaga. 

Sunan Bonang banyak melahirkan karya sastra berupa suluk, atau tembang tamsil. Salah satunya adalah “Suluk Wijil” yang tampak dipengaruhi kitab Al Shidiq karya Abu Sa’id Al Khayr (wafat pada 899). Suluknya banyak menggunakan tamsil cermin, bangau atau burung laut. Sebuah pendekatan yang juga digunakan oleh Ibnu Arabi, Fariduddin Attar, Rumi serta Hamzah Fansuri. 

Sunan Bonang juga menggubah gamelan Jawa yang saat itu kental dengan estetika Hindu, dengan memberi nuansa baru. Dialah yang menjadi kreator gamelan Jawa seperti sekarang, dengan menambahkan instrumen bonang. Gubahannya ketika itu memiliki nuansa dzikir yang mendorong kecintaan pada kehidupan transedental (alam malakut). Tembang “Tombo Ati” adalah salah satu karya Sunan Bonang. 

Dalam pentas pewayangan, Sunan Bonang adalah dalang yang piawai membius penontonnya. Kegemarannya adalah menggubah lakon dan memasukkan tafsir-tafsir khas Islam. Kisah perseteruan Pandawa-Kurawa ditafsirkan Sunan Bonang sebagai peperangan antara nafi (peniadaan) dan ‘isbah (peneguhan). 

4. SUNAN DRAJAT atau Raden Qasim 

Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Drajat banyak berdakwah kepada masyarakat kebanyakan. Ia menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat, sebagai pengamalan dari agama Islam. Pesantren Sunan Drajat dijalankan secara mandiri sebagai wilayah perdikan, bertempat di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan. Tembang macapat Pangkur disebutkan sebagai ciptaannya. Gamelan Singomengkok peninggalannya terdapat di Musium Daerah Sunan Drajat, Lamongan. Sunan Drajat diperkirakan wafat wafat pada 1522. 

5. SUNAN KUDUS atau Ja'far Shadiq 

Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel. Sunan Kudus adalah keturunan ke-24 dari Nabi Muhammad. Sunan Kudus bin Sunan Ngudung bin Fadhal Ali Murtadha bin Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Jamaluddin Al-Husain bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sebagai seorang wali, Sunan Kudus memiliki peran yang besar dalam pemerintahan Kesultanan Demak, yaitu sebagai panglima perang, penasehat Sultan Demak, Mursyid Thariqah dan hakim peradilan negara. Ia banyak berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa. Di antara yang pernah menjadi muridnya, ialah Sunan Prawoto penguasa Demak, dan Arya Penangsang adipati Jipang Panolan. Salah satu peninggalannya yang terkenal ialah Mesjid Menara Kudus, yang arsitekturnya bergaya campuran Hindu dan Islam. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550. 

6. SUNAN GIRI atau Raden Paku atau Ainul Yaqin 

Ia memiliki nama kecil Raden Paku, alias Muhammad Ainul Yakin. Sunan Giri lahir di Blambangan (kini Banyuwangi) pada 1442 M. Ada juga yang menyebutnya Jaka Samudra. Sebuah nama yang dikaitkan dengan masa kecilnya yang pernah dibuang oleh keluarga ibunya, seorang putri raja Blambangan bernama Dewi Sekardadu ke laut. Raden Paku kemudian dipungut anak oleh Nyai Semboja (Babad Tanah Jawi versi Meinsma). 

Ayahnya adalah Maulana Ishak. saudara sekandung Maulana Malik Ibrahim. Maulana Ishak berhasil meng-Islamkan isterinya, tapi gagal mengislamkan sang mertua. Oleh karena itulah ia meninggalkan keluarga isterinya berkelana hingga ke Samudra Pasai. 

Sunan Giri kecil menuntut ilmu di pesantren misannya, Sunan Ampel, tempat dimana Raden Patah juga belajar. Ia sempat berkelana ke Malaka dan Pasai. Setelah merasa cukup ilmu, ia membuka pesantren di daerah perbukitan Desa Sidomukti, Selatan Gresik. Dalam bahasa Jawa, bukit adalah “giri”. Maka ia dijuluki Sunan Giri. 

Pesantrennya tak hanya dipergunakan sebagai tempat pendidikan dalam arti sempit, namun juga sebagai pusat pengembangan masyarakat. Raja Majapahit -
konon karena khawatir Sunan Giri mencetuskan pemberontakan- memberi keleluasaan padanya untuk mengatur pemerintahan. Maka pesantren itupun berkembang menjadi salah satu pusat kekuasaan yang disebut Giri Kedaton. Sebagai pemimpin pemerintahan, Sunan Giri juga disebut sebagai Prabu Satmata. 

Giri Kedaton tumbuh menjadi pusat politik yang penting di Jawa, waktu itu. Ketika Raden Patah melepaskan diri dari Majapahit, Sunan Giri malah bertindak sebagai penasihat dan panglima militer Kesultanan Demak. Hal tersebut tercatat dalam Babad Demak. Selanjutnya, Demak tak lepas dari pengaruh Sunan Giri. Ia diakui juga sebagai mufti, pemimpin tertinggi keagamaan, se-Tanah Jawa. 

Giri Kedaton bertahan hingga 200 tahun. Salah seorang penerusnya, Pangeran Singosari, dikenal sebagai tokoh paling gigih menentang kolusi VOC dan Amangkurat II pada Abad 18. 

Para santri pesantren Giri juga dikenal sebagai penyebar Islam yang gigih ke berbagai pulau, seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga Nusa Tenggara. Penyebar Islam ke Sulawesi Selatan, Datuk Ribandang dan dua sahabatnya, adalah murid Sunan Giri yang berasal dari Minangkabau. 

Dalam keagamaan, ia dikenal karena pengetahuannya yang luas dalam ilmu fikih. Orang-orang pun menyebutnya sebagai Sultan Abdul Fakih. Ia juga pecipta karya seni yang luar biasa. Permainan anak seperti Jelungan, Jamuran, lir-ilir dan cublak suweng disebut sebagai kreasi Sunan Giri. Demikian pula Gending Asmaradana dan Pucung -lagi bernuansa Jawa namun syarat dengan ajaran Islam. 

7. SUNAN KALIJAGA atau Raden Said 

Sunan Kalijaga, merupakan “wali” yang namanya paling banyak disebut masyarakat Jawa. Ia lahir sekitar tahun 1450 Masehi. Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati Tuban -keturunan dari tokoh pemberontak Majapahit, Ronggolawe. Masa itu, Arya Wilatikta diperkirakan telah menganut Islam. 

Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memiliki sejumlah nama panggilan seperti Lokajaya,Syekh Malaya, Pangeran Tuban atau Raden Abdurrahman.Terdapat beragam versi menyangkut asal-usul nama Kalijaga yang disandangnya. 

Masyarakat Cirebon berpendapat bahwa nama itu berasal dari dusun Kalijaga di Cirebon. Sunan Kalijaga memang pernah tinggal di Cirebon dan bersahabat erat dengan Sunan Gunung Jati. Kalangan Jawa mengaitkannya dengan kesukaan wali ini untuk berendam (‘kungkum’) di sungai (kali) atau “jaga kali”. Namun ada yang menyebut istilah itu berasal dari bahasa Arab “qadli dzaqa” yang menunjuk statusnya sebagai ” penghulu suci” kesultanan. 

Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati. Ia ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang “tatal” (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga. 

Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung “sufistik berbasis salaf” -bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah. 

Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang. 

Dialah pencipta Baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, Layang Kalimasada, lakon wayang Petruk Jadi Raja. Lanskap pusat kota berupa Kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini sebagai karya Sunan Kalijaga. 

Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga. Di antaranya adalah Adipati Padanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang (sekarang Kotagede – Yogya). Sunan Kalijaga dimakamkan di Kadilangu -selatan Demak. 

8. SUNAN MURIA atau Raden Umar Said 

Ia putra Dewi Saroh – adik kandung Sunan Giri sekaligus anak Syekh Maulana Ishak, dengan Sunan Kalijaga Nama kecilnya adalah Raden Prawoto. Nama Muria diambil dari tempat tinggal terakhirnya di lereng Gunung Muria, 18 kilometer ke utara kota Kudus. 

Gaya berdakwahnya banyak mengambil cara ayahnya, Sunan Kalijaga. Namun berbeda dengan sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam. Bergaul dengan rakyat jelata, sambil mengajarkan keterampilan-keterampilan bercocok tanam, berdagang dan melaut adalah kesukaannya. 

Sunan Muria seringkali dijadikan pula sebagai penengah dalam konflik internal di Kesultanan Demak (1518-1530), Ia dikenal sebagai pribadi yang mampu memecahkan berbagai masalah betapapun rumitnya masalah itu. Solusi pemecahannya pun selalu dapat diterima oleh semua pihak yang berseteru. Sunan Muria berdakwah dari Jepara, Tayu, Juana hingga sekitar Kudus dan Pati. Salah satu hasil dakwahnya lewat seni adalah lagu Sinom dan Kinanti. 

9. SUNAN GUNUNG JATI atau Syarif Hidayatullah 

Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah diperkirakan lahir sekitar tahun 1448 M. Ibunya adalah Nyai Rara Santang, putri dari raja Pajajaran Raden Manah Rarasa. Sedangkan ayahnya adalah Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda, pembesar Mesir keturunan Bani Hasyim dari Palestina. 

Syarif Hidayatullah mendalami ilmu agama sejak berusia 14 tahun dari para ulama Mesir. Ia sempat berkelana ke berbagai negara. Menyusul berdirinya Kesultanan Bintoro Demak, dan atas restu kalangan ulama lain, ia mendirikan Kasultanan Cirebon yang juga dikenal sebagai Kasultanan Pakungwati. 

Dengan demikian, Sunan Gunung Jati adalah satu-satunya “wali songo” yang memimpin pemerintahan. Sunan Gunung Jati memanfaatkan pengaruhnya sebagai putra Raja Pajajaran untuk menyebarkan Islam dari pesisir Cirebon ke pedalaman Pasundan atau Priangan. 

Dalam berdakwah, ia menganut kecenderungan Timur Tengah yang lugas. Namun ia juga mendekati rakyat dengan membangun infrastruktur berupa jalan-jalan yang menghubungkan antar wilayah. 

Bersama putranya, Maulana Hasanuddin, Sunan Gunung Jati juga melakukan ekspedisi ke Banten. Penguasa setempat, Pucuk Umum, menyerahkan sukarela penguasaan wilayah Banten tersebut yang kemudian menjadi cikal bakal Kesultanan Banten. 

Pada usia 89 tahun, Sunan Gunung Jati mundur dari jabatannya untuk hanya menekuni dakwah. Kekuasaan itu diserahkannya kepada Pangeran Pasarean. Pada tahun 1568 M, Sunan Gunung Jati wafat dalam usia 120 tahun, di Cirebon (dulu Carbon). Ia dimakamkan di daerah Gunung Sembung, Gunung Jati, sekitar 15 kilometer sebelum kota Cirebon dari arah barat.

Pengaruh nilai-nilai Islam dalam budaya Nusantara

Sejak awal perkembangannya, Islam di Indonesia telah menerima akomodasi budaya. Karena Islam sebagai agama memang banyak memberikan norma-norma aturan tentang kehidupan dibandingkan dengan agama-agama lain. Bila dilihat kaitan Islam dengan budaya, paling tidak ada dua hal yang perlu diperjelas: Islam sebagai konsespsi sosial budaya, dan Islam sebagai realitas budaya. Islam sebagai konsepsi budaya ini oleh para ahli sering disebut dengan great tradition (tradisi besar), sedangkan Islam sebagai realitas budaya disebut dengan little tradition (tradisi kecil) atau local tradition (tradisi local) atau juga Islamicate, bidang-bidang yang “Islamik”, yang dipengaruhi Islam.

Tradisi besar (Islam) adalah doktrin-doktrin original Islam yang permanen, atau setidak-tidaknya merupakan interpretasi yang melekat ketat pada ajaran dasar. Dalam ruang yang lebih kecil doktrin ini tercakup dalam konsepsi keimanan dan syariah-hukum Islam yang menjadi inspirasi pola pikir dan pola bertindak umat Islam. Tradisi-tradisi ini seringkali juga disebut dengan center (pusat) yang dikontraskan dengan peri-feri (pinggiran).

Tradisi kecil (tradisi local, Islamicate) adalah realm of influence- kawasan-kawasan yang berada di bawah pengaruh Islam (great tradition). Tradisi local ini mencakup unsur-unsur yang terkandung di dalam pengertian budaya yang meliputi konsep atau norma, aktivitas serta tindakan manusia, dan berupa karya-karya yang dihasilkan masyarakat.

Dalam istilah lain proses akulturasi antara Islam dan Budaya local ini kemudian melahirkan apa yang dikenal dengan local genius, yaitu kemampuan menyerap sambil mengadakan seleksi dan pengolahan aktif terhadap pengaruh kebudayaan asing, sehingga dapat dicapai suatu ciptaan baru yang unik, yang tidak terdapat di wilayah bangsa yang membawa pengaruh budayanya. Pada sisi lain local genius memiliki karakteristik antara lain: mampu bertahan terhadap budaya luar; mempunyai kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar; mempunyai kemampuan mengintegrasi unsur budaya luar ke dalam budaya asli; dan memiliki kemampuan mengendalikan dan memberikan arah pada perkembangan budaya selanjutnya.

Sebagai suatu norma, aturan, maupun segenap aktivitas masyarakat Indonesia, ajaran Islam telah menjadi pola anutan masyarakat. Dalam konteks inilah Islam sebagai agama sekaligus telah menjadi budaya masyarakat Indonesia. Di sisi lain budaya-budaya local yang ada di masyarakat, tidak otomatis hilang dengan kehadiran Islam. Budaya-budaya local ini sebagian terus dikembangkan dengan mendapat warna-warna Islam. Perkembangan ini kemudian melahirkan “akulturasi budaya”, antara budaya local dan Islam.

Budaya-budaya local yang kemudian berakulturasi dengan Islam antara lain acara slametan (3,7,40,100, dan 1000 hari) di kalangan suku Jawa. Tingkeban (nujuh Hari). Dalam bidang seni, juga dijumpai proses akulturasi seperti dalam kesenian wayang di Jawa. Wayang merupakan kesenian tradisional suku Jawa yang berasal dari agama Hindu India. Proses Islamisasi tidak menghapuskan kesenian ini, melainkan justru memperkayanya, yaitu memberikan warna nilai-nilai Islam di dalamnya.tidak hanya dalam bidang seni, tetapi juga di dalam bidang-bidang lain di dalam masyarakat Jawa. Dengan kata lain kedatangan Islam di nusantara dalam taraf-taraf tertentu memberikan andil yang cukup besar dalam pengembangan budaya local.

Pada sisi lain, secara fisik akulturasi budaya yang bersifat material dapat dilihat misalnya: bentuk masjid Agung Banten yang beratap tumpang, berbatu tebal, bertiang saka, dan sebagainya benar-benar menunjukkan ciri-ciri arsitektur local. Sementara esensi Islam terletak pada “ruh” fungsi masjidnya. Demikian juga dua jenis pintu gerbang bentar dan paduraksa sebagai ambang masuk masjid di Keraton Kaibon. Namun sebaliknya, “wajah asing” pun tampak sangat jelas di kompleks Masjid Agung Banten, yakni melalui pendirian bangunan Tiamah dikaitkan dengan arsitektur buronan Portugis,Lucazs Cardeel, dan pendirian menara berbentuk mercu suar dihubungkan dengan nama seorang Cina: Cek-ban Cut.

Dalam perkembangan selanjutnya sebagaimana diceritakan dalam Babad Banten, Banten kemudian berkembang menjadi sebuah kota. Kraton Banten sendiri dilengkapi dengan struktur-struktur yang mencirikan prototype kraton yang bercorak Islam di Jawa, sebagaimana di Cirebon, Yogyakarta dan Surakarta. Ibukota Kerajaan Banten dan Cirebon kemudian berperan sebagai pusat kegiatan perdagangan internasional dengan ciri-ciri metropolitan di mana penduduk kota tidak hanya terdiri dari penduduk setempat, tetapi juga terdapat perkampungan-perkampunan orang-orang asing, antara lain Pakoja, Pecinan, dan kampung untuk orang Eropa seperti Inggris, Perancis dan sebagainya.

Dalam bidang kerukunan, Islam di daerah Banten pada masa lalu tetap memberikan perlakuan yang sama terhadap umat beragama lain. Para penguasa muslim di Banten misalnya telah memperlihatkan sikap toleransi yang besar kepada penganut agama lain. Misalnya dengan mengizinkan pendirian vihara dan gereja di sekitar pemukiman Cina dan Eropa. Bahkan adanya resimen non-muslim yang ikut mengawal penguasa Banten. Penghargaan atau perlakuan yang baik tanpa membeda-bedakan latar belakang agama oleh penguasa dan masyarakat Banten terhadap umat beragama lain pada masa itu, juga dapat dilisaksikan di kawasan-kawasan lain di nusantara, terutama dalam aspek perdagangan. Penguasa Islam di berbagai belahan nusantara telah menjalin hubungan dagang dengan bangsa Cina, India dan lain sebagainya sekalipun di antara mereka berbeda keyakinan.

Aspek akulturasi budaya local dengan Islam juga dapat dilihat dalam budaya Sunda adalah dalam bidang seni vokal yang disebut seni beluk. Dalam seni beluk sering dibacakan jenis cirita (wawacan) tentang ketauladanan dan sikap keagamaan yang tinggi dari si tokoh. Seringkali wawacan dari seni beluk ini berasal dari unsur budaya local pra-Islam kemudian dipadukan dengan unsur Islam seperti pada wawacan Ugin yang mengisahkan manusia yang memiliki kualitas kepribadian yang tinggi. Seni beluk kini biasa disajikan pada acara-acara selamatan atau tasyakuran, misalnya memperingati kelahiran bayi ke-4- hari (cukuran), upacara selamatan syukuran lainnnya seperti kehamilan ke-7 bulan (nujuh bulan atau tingkeban), khitanan, selesai panen padi dan peringatan hari-hari besar nasional.

Akulturasi Islam dengan budaya-budaya local nusantara sebagaimana yang terjadi di Jawa didapati juga di daerah-daearah lain di luar Jawa, seperti Sumatera Barat, Aceh, Makasar, Kalimantan, Sumatera Utara, dan daerah-daerah lainnya. Khusus di daerah Sumatera Utara, proses akulurasi ini antara lain dapat dilihat dalam acara-acara seperti upah-upah, tepung tawar, dan Marpangir.

Minggu, 26 April 2015

Tugas 2 Teori Organisasi Umum 2 (revisi tugas 1)

STRATEGI PERUSAHAAN DALAM MENYELAMATKAN KRISIS KEUANGAN


KELOMPOK 4


KHAIRUNNISA    1A113745
AJI PRAYOGA    1A113702
ALFI BUANA SAMUDRA  10113644


KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini yang berjudul, “Strategi Komunikasi Pada Perusahaan”
        Penulisan karya ilmiah ini, disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan akademis bagi mahasiswa dalam rangka penyelesaian tugas kelompok untuk teori organisasi umum.
Dalam menyelesaikan karya ilmiah ini banyak sekali hambatan yang dihadapi penulis, baik yang menyangkut keterbatasan waktu, tenaga, pikiran. Namun dengan kesabaran dan kemauan untuk berusaha serta kerja sama yang baik, segala hambatan tersebut dapat segera diatasi.
      Pada Kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan karya ilmiah ini.
      Dan pada akhirnya, semoga Penulisan karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat dalam menambah pengetahuan dan wawasan yang lebih luas, tidak saja bagi penulis tetapi juga bagi para pembaca pada umumnya.



 Depok, April 2015


Penulis


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dalam sebuah organisasi, menghadapi sebuah tantangan bukanlah suatu hal yang baru.Organisasi menghadapi berbagai tantangan baik yang berasal dari dalam diri organisasi maupun yang berasal dari lingkungan yang merupakan penyebab organisasi harus dirubah.Tantangan yang biasanya dihadapi oleh sebuah organisasi adalah adanya peraturan baru, perubahan kebijaksanaan dari tingkat organisasi yang lebih tinggi, perubahan sistem baru.

Kasus yang akan dibahas pada karya ilmiah ini mengenai sebuah perusahaan yang memiliki permasalahan pada keuangan perusahaan dan salah satu upaya adalah mengurangi pengeluaran keuangan dari sisi asuransi perusahaan. karena biaya yang di keluarkan untuk asuransi kesehataan setiap karyawaan di perusahaan tersebut cukup besar.Banyaknya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk asuransi kesehataan para pegawai, sehingga perusahaan ingin merubah program asuransi kesehatan pada perusahaan tersebut, yang dulu menggunakan managed care sekarang menjadikonsep Indemnity.

Pemeliharaan kesehatan merupakan kebutuhan bagi setiap orang tanpa membedakan status sosial ekonomi dan sosial.Saat ini negara - negara berkembang terus di tekan agar memperhatikan masalah kesehatan yang merupakan hak azasi manusia, sebagai prioritas dalam pembangunan.

Managed care adalah salah satu jenis produk asuransi kesehatan yang mengintegrasikan pembiayaan dan penyediaan perawatan kesehatan dalam suatu sistem yang mengelola biaya, memberikan kemudahan akses pada seluruh pesertanya sehingga pembiayaan tersebut menjadi efisien dan efektif / tepat sasaran. Tentu saja tanpa meninggalkan standard pelayanan medis yang berlaku.

Sedangkan Indemnity plans merupakan program asuransi kesehatan dimana perusahaan memberikan perlindungan asuransi kepada karyawan dalam bentuk santunan uang tunai sebagai pengganti biaya pengobatan karyawan yang bersangkutan. Jadi dengan sistem indemnity plans ini, perusahaan yang akan menentukan besar budget asuransi yang akan dikeluarkan oleh perusahaan. Tentunya hal ini diharapkan dapat membuat keuangan perusahaan kembali stabil.

Namun, pada sebuah perusahaan, merubah sebuah sistem tidaklah semudah yang diperkirakan.Perusahaan harus memiliki sebuah strategi dalam mengkomunikasikan perubahaan ini kepada seluruh pegawai. Dan dalam sebuah perubahaan pastinya akan memiliki perbedaan pendapat yang belum tentu akan disetujui oleh seluruh pegawai. Karena itu strategi komunikasi yang baik sangat dibutuhkan oleh perusahaan.Komunikasi Organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian suatu organisasitertentu.Suatu organisasi terdiri dari dari unit-unit komunikasi dalam hubunganhierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan.

1.2 Batasan Masalah
Dalam penulisan  ilmiah ini, pembatasan masalah bertujuan agar pokok pembahasan lebih terarah. Adapun pembatasan masalah dalam laporan ini yaitu:
1. Alasan perusahaan merubah sistem asuransi
2. Strategi komunikasi pada perusahaan
3. Program asuransi kesehataan managed care plans dan indemnity plans untuk asuransi kesehatan

1.3 Tujuan
Adapun Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini:
Mengimplementasikan startegi komunikasi yang baik dalam sebuah perusahaan
Mempelajari perbedaan program asuransi kesehataan antara managed care dengan indemnity plans
Memahami organisasi yang baik pada perusahaan.

1.4 Sistematika Tulisan Ilmiah
Sistematika penulisan ini merupakan pembahasan singkat dari setiap bab yang  menjelaskan  hubungan antara bab  yang  satu dengan bab yang lainnya, yaitu sebagai berikut :
BAB I   PENDAHULUAN 
Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang penulisan karya ilmiah dan ruang lingkup tujuan tugas serta sistematika penulisannya. 

BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini menjelaskan tentang teori umum mengenai hal-hal yang terkait dengan karya ilmiah ini.

BAB III PEMBAHASAN
Pada bab ini hasil analisa mengenai kasus yang terjadi sesuai latar belakang akan dibahas secara luas. Dan bagaimana strategi perusahaan tersebut dalam mengkomunikasikan perubahan sistem pada asuransi kesehatan di perusahaan tersebut.

BAB IV   PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran dari penulisan laporan ini.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Organisasi
Organisasi merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan perusahaan melalui pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen yang dilakukan seorang pimpinan dengan organisasi yang tercipta di perusahaan yang bersangkutan.

Definisi teori organisasi berfungsi menjelaskan kegiatan dan dinamika kerjasama organisasi dan memberikan tuntunan dalam pengambilan keputusanberdasarkan prediksi akibat pengambilan keputusan tersebut.Menurut Lubis danHusaini (1987) bahwa teori organisasi adalah sekumpulan ilmu pengetahuan yangmembicaraan mekanisme kerjasama dua orang atau lebih secara sistematis untukmencapai tujuan yang telah ditentukan.Teori organisasi merupakan sebuah teoriuntuk mempelajari kerjasama pada setiap individu. Hakekat individu dalamkelompok untuk mencapai tujuan beserta cara-cara yang ditempuh denganmenggunakan teori yang dapat menerangkan tingkah laku, terutama motivasi,individu dalam proses kerjasama. 

Organisasi adalah sebagai suatu kesatuan sosial dari sekelompok manusia, yang berinteraksi menurut suatu pola tertentu sehingga setiap anggota organisasimemiliki fungsi dan tugasnya masing-masing, yang sebagai satu kesatuanmempunyai tujuan tertentu dan mempunyai batas-batas yang jelas, sehingga bisadipisahkan secara tegas dari lingkungannya (Lubis dan Husaini,1987).
Dalam berorganisasi yang baik tentunya diperlukan strategi komunikasi yang akan menunjang organisasi tersebut terus berjalan. Tujuan utama dalam mempelajari komunikasi adalah memperbaiki organisasi.Karena memperbaikiorganisasi biasanya ditafsirkan sebagai “memperbaiki hal-hal untuk mencapai tujuanmanajemen”.

2.2. Managed Care Plans
Managed Care adalah suatu sistem pembiayaanpelayanan kesehatan yangdisusun berdasarkan jumlah anggota yang terdaftar dengan kontrol mulaidari perencanaan pelayanan serta meliputi ketentuan :
Ada kontrak dengan penyelenggara pelayanan kesehatan untukpelayanan yang komprehensif.
Penekanan agar peserta tetap sehat sehingga utilitasi berkurang.
Unit layanan harus memenuhi standar yang telah ditetapkan.
Ada program peningkatan mutu layanan.

Ada 3 bentuk Managed Care, yaitu HMO (Health Maintanance Organization), PPO (Preferred Provider Organization) dan POS (Point of Service).

HMO adalah Organisasi pemelihara kesehatan yang bertujuan untuk mengontrol biaya pemeliharaan kesehatan. AHA mendefinisikan HMO sebagai suatu organisasi yang memiliki tanggung jawab manajemen untuk penyedia pelayanan kesehatan komprehensif berdasarkan pembayaran di muka untuk anggotanya yang terdaftar secara sukarela di dalam suatu populasi tertentu.

PPO adalah Organisasi pengelola perawatan dari dokter, rumah sakit, dan penyedia perawatan kesehatan yang punya perjanjian dengan asuransi atau administrator pihak ketiga untuk menyediakan layanan kesehatan dengan tarif tereduksi

Sedangkan POS adalah jenis rencana asuransi kesehatan di mana Anda membayar lebih sedikit jika Anda menggunakan dokter, rumah sakit, dan perawatan kesehatan lainnya dari penyedia asuransi tersebut. Rencana POS juga mengharuskan Anda untuk mendapatkan rujukan dari dokter perawatan primer Anda untuk melihat spesialis.

2.3. Indemnity Plans
Program asuransi kesehatan jenis ini akan membayarkan santunan atau manfaat asuransi berdasarkan Reimbursement untuk penggantian biaya perawatan, baik biaya perawatan rumah sakit, biaya operasi, maupun biaya dokter. Keunggulan program asuransi Indemnity Plan adalah fleksibilitas di dalamnya, yakni para karyawan bisa menentukan provider baik dokter atau rumah sakit pilihannya.

Selanjutnya, perusahaan asuransi jiwa akan melunasi biaya perawatan kesehatan tersebut setelah karyawan selesai mendapatkan perawatan. Program jenis ini sangat sesuai untuk karyawan dengan mobilitas tinggi, kerap meninggalkan kota asalnya, dan saat membutuhkan pelayanan kesehatan dia dapat memilih provider yang tersedia di kota tersebut.
Umumnya, program asuransi Indemnity Plan menawarkan tiga manfaat kesehatan, yaitu :
Manfaat perawatan rumah sakit (Hospital Cash Plan Benefit)
Manfaat perawatan dengan operasi (Surgical Espenses Benefit)
Manfaat perawatan oleh dokter (Physician Expenses Benefit).
Indemnity Plans pada dasarnya mengutamakan kenyamanan bagi para karyawan dalam memilih rumah sakit atau tempat perawatan yang sesuai bagi mereka.Bila aspek fleksibilitas yang menjadi pertimbangan utama, Indemnity Plans bisa menjadi pilihan yang tepat bagi sebuah perusahaan.

BAB III
PEMBAHASAN


3.1. Perubahan Sistem Asuransi
Perubahan sistem asuransi ini di dasari oleh latar belakang peningkatan biaya asuransi yang selalu meningkat. Pada dasarnya perusahaan sadar bahwa peningkatan biaya ini wajar yang disebabkan faktor eksternal. Namun setelah perusahaan menganalisa, pengeluaran keuangan  perusahaan yang paling besar adalah biaya asuransi kesehatan untuk pegawai. Dan karena itu, perusahaan mencari cara untuk meminimalisir biaya asuransi kesehataan tanpa merugikan kepentingan pegawai perusahaan tersebut.

Maka perusahaan merubah sistem asuransi kesehataan yang sebelumnya menggunakan managed care plans dan sekarang menggunakan indemnity plans. Seperti yang sudah dibahas pengertian dari kedua sistem tersebut. Perusahaan berharap biaya berobat setiap pegawai agar lebih hemat dan tepat anggaran.

Perusahaan juga memberikan beberapa kesepakatan untuk sistem asuransi yang baru yaitu indemnity plans, Perusahaan memberikan perlindungan asuransi kepada karyawan dalam bentuk santunan uang tunai sebagai pengganti biaya pengobatan karyawan yang bersangkutan. Dalam hal ini, perusahaan asuransi jiwa akan membayarkan uang pengganti kepada karyawan, atau akan membayarkannya secara langsung kepada rumah sakit/klinik atau dokter yang merawat setelah karyawan yang bersangkutan mendapatkan perawatan kesehatan.

Secara fungsional, fasilitas dan manfaat Indemnity Plans tidak bergantung pada lokasi di mana karyawan mendapatkan pelayanan kesehatan. Sejauh tempat tersebut merupakan jaringan yang telah didaftarkan pada perusahaan asuransi penerbit polis, karyawan bisa mendapatkan fasilitas yang sama. Meskipun demikian, batasan penggantian biaya bergantung pada program yang akan dibeli perusahaan.

3.2. Strategi Komunikasi Perusahaan
Dalam kasus ini perusahaan mempunyai tanggung jawab finansial yang baik karena mereka tentu didukung oleh para investor,  agar para investor  tidak kecewa maka perusahaan harus mengambil langkah agar tetap stabil (It is been suggested that socially responsible companies perform well financially because they are supported by customers and investors from managing behavior in organizations chapter 2) perusahaan perlu melakukan pemodern-nan cara penyampaian informasi kepada para karyawannya agar perusahaan tersebut dapat terus meningkat (The open systems approach is characteristic of modern-day thinking in the field of OB. It assumes that organizations are self-sustaining—that is, that they transform inputs to outputs in a continuous from managing behavior in organizations chapter 2)  karena salah satunya adalah dengan cara melakukan sosialisasi penggantian asuransi ini secara terbuka dari yang tadinya Managed Care Plans Menjadi Indemnity Plans secara berurut dan secara terus menerus dengan melakukan suatu pendekatan dan  agar semua karyawan dapat mengerti alasan pihak manajemen perusahaan melakukan pengalihan asuransi tersebut

Sebelum perusahaan melakukan suatu perubahan sistem, maka hal yang pertama yang harus diperhatikan adalah masalah komunikasi. Mengapa? Karena dampak komunikasi inilah yang nantinya akan mempengaruhi pengambilan keputusan. Komunikasi sendiri terdiri dari 2 jenis yaitu komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal adalah pertukaran gagasan antara administrator dan karyawan didalam suatu perusahaan. Sementara komunikasi eksternal melibatkan pimpinan organisasi dengan pihak luar dari organisasi. Dalam kasus ini yaitu perubahan sistem asuransi di sebuah perusahaan maka komunikasi internal yang diterapkan. Karena perubahan sistem asuransi ini melibatkan karyawan maka baik secara langsung maupun tidak langsung komunikasi kepada para karyawan harus berjalan dengan baik. Employee engagement is a matter of concern for leaders and managers in organisations across the globe (kutipan dari Mary Welch Lancashire Business School, University of Central Lancashire, Preston, UK, berjudul The evolution of the employee engagement concept halaman 328) artinya keterlibatan karyawan adalah masalah keprihatinan para manajer di seluruh dunia, mereka mengakui itu akan memengaruhi efektivitas organisasi. 

Keterlibatan karyawan merupakan aspek penting dalam perubahan sistem di suatu organisasi maka harus ada “jembatan” antara pihak petinggi organisasi dengan karyawan. The nature of engagement is a significant issue for corporate communicators since they are well-placed to influence workplace attitudes and stimulate employee motivation (kutipan dari Mary Welch Lancashire Business School, University of Central Lancashire, Preston, UK, berjudul The evolution of the employee engagement concept halaman 335), maksudanya adalah keterlibatan ini adalah masalah yang signifikan bagi “komunikator” perusahaan karena mereka ditempatkan dengan baik untuk mempengaruhi kerja, sikap dan memotivasi karyawan. 

Hal yang perlu diperhatikan untuk komunikasi didalam organisasi adalah mengetahui siapa yang berkomunikasi, apakah pimpinan dengan staff, kepala bagian staff dengan karyawan staff atau komunikasi antar staff. Secara umum terdapat 3 jenis komunikasi internal yaitu , komunikasi vertical, komunikasi horizontal dan komunikasi diagonal. Komunikasi vertical adalah komunikasi yang melibatkan pimpinan dan staff. Dalam kasus perubahan sistem asuransi ini, komunikasi secara vertical adalah langkah yang pertama sebelum mengkomunikasikan kepada seluruh karyawan. Komunikasi yang dilakukan bersifat downward communication yaitu pimpinan mengadakan rapat kepada para kepala bagian yang membahas tentang perubahan apa yang akan dilakukan. 

Didalam suatu organisasi komunikasi adalah proses  untuk dapat menentukan karakter dan posisi di sebuah organisasi (we define the prosess of communication and chareacterize its role in organization from Jelard Greenberg Managing Behavior in Organization chapter 8 page 292), untuk mencapai suatu komunikasi yang baik memerlukan sebuah proses penyampaian yang baik dan dilakukan oleh seorang atasan untuk menyampaikannya kepada seluruh bawahannya/ anggotanya (communication as the process by which a person group or organization to transmits somty people information to other person, group or organization from Jerald Greenberg Managing Behavior in Organization chapter 8 page 292).

Setelah mengetahui jenis komunikasi tentunya yang harus diperhatikan selanjutnya adalah cara penyampaian informasi. Cara penyampaian informasi ada beberapa tahap yaitu :
1. encoding
Yaitu tahapan dimana seseorang mengemukakan ide / aspirasi mereka untuk disampaikan kepada yang lainnya di dalam hal ini yang berhak memberikan ide/aspirasi adalah orang orang yang berada di tingkat atas seperti dewan direksi dan dilakukan setelah melakukan analisa yang akurat dan mempertimbangkan dampak positif dan negatifnya (the communication process begin when one party has an idea it wishes to transmit to another from Jerald Greenberg Managing Behavior in Organization chapter 8 page 293)

2. channel of communication 
Adalah bagaimana, dengan apa serta saran apa yang dipakai untuk menyampaikan informasi / ide yang ada di tahapan encoding dapat tersampaikan kepada yang menerima dalam hal ini adalah para karyawan (chennels of communication is ready to be transmitted over on or more channel is of communication which information travel to reach the desired receiver Jerald Greenberg Managing Behavior in Organization chapter 8 page 293)

3. receiving feedback
Adalah menerima respond yang didapatkan setelah informasi tersebut sampai kepada para karyawan mengerti dan ada kritisi atau tidak jika ada bisa menyampaikannya bertahap sesuai dengan struktur organisasi yang ada (receiving feedback allow sender to determine whether their messages have been understood properly from Jerald Greenberg Managing Behavior in Organization chapter 8 page 293)

Untuk menyampaikan informasi tersebut menurut kami lebih efisien dengan cara verbal baik dengan menggunakan rapat internal manager dengan dewan direksi maupun dengan rapat manager dengan seluruh anggota/ karyawannya tetapi sebagai pendukung informasi ini dapat dikirim juga melalui chat,telephone atau email (verbal communication that is the process of using words to transmits and receive ideas, a face to face,chat,a phone call or a email from   Jerald Greenberg Managing Behavior in Organization chapter 8 page 294)

Kenapa disini kami memilih verbal communication ? alasanya adalah untuk rapat yang dilakukan oleh manager dan seluruh karyawannya adalah agar seluruh karyawan dapat menangkap banyak informasi secara mendetail dan dapat memberikan tanggapan tanpa harus langsung kepada dewan direksi begitu pula akan lebih nyaman pula dengan menyampaikannya lewat managernya karena manager lebih mengetahui karakter dari semua karyawannya walaupun hasil dari informasi itu sudah mutlak dan tidak dapat diganti kecuali dewan direksi yang dapat menggantiknya (some verbal media such a face to face disscussions are considered to be specially rich because they provide vast amouts of in information are highly personal in nature and provide opportunities for immediate feedback from Jerald Greenberg Managing Behavior in Organization chapter 8 page 303).

Kami sepakat manager yang menyampaikannya karena manager merupakan sub ordinate langsung dari atasan / dewan direksi yang langsung mengetahui tentang karyawan dan pasti tau apa yang harus dilakukan (downward communication consist of instruction, direction and order, that’s is messages, telling subordinate what they should be doing from Jerald Greenberg Managing Behavior in Organization chapter 8 page 304) Jadi cara penyampaian manager tersebut harus dengan bahasa yang sangat formal dan serius dalam menyelaskannya agar karyawan dapat mengerti dan menangkap informasi yang telah disampaikan (using needlessly formal language may impose a serious barrier to communication from Jerald Greenberg Managing Behavior in Organization chapter 8 page 311).

Disini pimpinan menjelaskan informasi yang dibutuhkan lalu memberikan instruksi atau perintah kepada para kepala bagian. Dalam kasus ini para kepala bagian bisa kita sebut sebagai Change Agent. Change Agent merupakan pihak yang dipilih oleh perusahaan dan bertugas untuk mengomunikasikan suatu perubahan yang ingin dilakukan oleh perusahaan kepada semua pegawai yang ada dalam perusahaan tersebut. Setelah pembentukan Change Agent lalu proses berikutnya adalah menyampaikan informasi dari pimpinan kepada masing-masing karyawan sesuai dengan divisinya. Change agent bisa membuat rapat internal untuk membicarakan mengenai perubahan sistem asuransi yang akan diterapkan. Hal yang harus diperhatikan lagi adalah seorang Change Agent harus meyakinkan para karyawan agar perubahan sistem yang dilakukan merupakan keputusan terbaik yang harus diambil. Karena dengan bertahannya sistem asuransi lama yaitu managed care, perusahaan mengalami kerugian yang bisa berdampak pada pemutusan hubungan kerja (PHK) secara missal. Pada proses ini tidak akan berjalan secara mulus karena pasti ada perdebatan dari para karyawan.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Komunikasi merupakan kunci utama suatu organisasi. Maka dari itu diperlukan adanya strategi komunikasi untuk mengelola dan menyelesaikan masalah-masalah serta target dari suatu organisasi. Strategi komunikasi juga memiliki peranan penting ketika suatu perusahaan akan melakukan perubahan sistem yang sudah ada karena perubahan sistem yang terjadi pada perusahaan tidak selalu bisa diterima oleh setiap pegawai. Hal yang paling penting dalam mengkomunikasikan tentang perubahan sistem ini adalah masalah penyampaian informasi. Penyampaian informasi harus dilakukan secara bertahap yaitu mulai dari mengemukakan ide dan gagas (encode), lalu menyampaikan ide (channel communication) dan menerima respond (receiving feedback). Salah satu cara yang bisa dipakai adalah membuat sebuah change agent. Change agent sendiri merupakan pihak yang dipilih oleh perusahaan dan bertugas untuk mengomunikasikan suatu perubahan yang ingin dilakukan oleh perusahaan kepada semua pegawai yang ada dalam perusahaan tersebut. Change agent terbentuk dari sebuah rapat internal antara pimpinan dengan masing-masing kepala divisi yang nantinya kepala divisi akan menjelaskan secara rinci kepada karyawan sesuai dengan divisinya. Komunikasi yang dilakukan secara verbal communication lebih bisa diterima alasannya adalah dengan adanya rapat yang dilakukan oleh kepala divisi dan seluruh karyawannya bertujuan agar seluruh karyawan dapat menangkap banyak informasi secara mendetail dan dapat memberikan tanggapan tanpa harus langsung kepada dewan direksi begitu pula akan lebih nyaman pula dengan menyampaikannya lewat managernya karena kepala divisi lebih mengetahui karakter dari semua karyawannya. 

DAFTAR PUSTAKA

Mary Welch.  2011. The Evolution of the employee engangement concept.  University of Central Lancashire : UK.
Jerald Greenberg. 2005. Managing Behavior in Organization. Prentice hall: New Jersey. Chapter 8.
Jerald Greenberg. 2005. Managing Behavior in Organization. Prentice hall: New Jersey. Chapter 2.
Zwanziger, Jack and Glenn A. Melnick. 1996. “Can managed care plans control health care costs?”. Health Affairs.
Leonardo Budi H. 2012. Teori Organisasi Suatu Tinjauan Perspektif Sejarah. Universitas Pandanaran : Semarang.

Lubis, Hari & Huseini, Martani, (1987). Teori Organisasi; Suatu Pendekatan Makro. Pusat Antar Ilmu-ilmu Sosial UI: Jakarta.